Kart's

Daily Notes

Tentang Orang Besar

Leave a Comment

Kali ini saya ingin mengutip selintas perkataan Rachman Ajib Barru Adam yang mirip fragmen sebuah novel.


"Di Jalan Sangkuriang, ketika siang, di dekat pertigaan yang tengahnya berdiri tanaman yang dipotong membentuk gajah (tapi karena tak terawat akhirnya lebih terlihat seperti gajah cacat).
Di sekitar sana sering terlihat seorang bapak berambut gondrong. Kumis dan jenggotnya tebal dan terlihat amat kaku. Kaos dan celananya kumal. Hanya melihatnya saja kau langsung tahu dia belum mandi selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Siang kemarin, aku melihatnya di pinggir jalan, ia membawa karung besar dan plastik merah besar, kemungkinan berisi istana lipatnya. Sambil terduduk ia memandangi jalan, memperhatikan kendaraan berseliweran dan orang-orang yang berjalan. Di tangannya kertas, dan sesekali ia tengadah ke langit lalu menggerakkan bulpen.
Dia menulis."


Saya tidak akan mengulas bagaimana tulisan lelaki berambut gondrong. Saya hanya ingin mengomentari pencipta tokoh tersebut yang juga berambut gondrong.

Rachman memang adik tingkat saya tapi saya menganggap ia sebagai Murakami muda karena daftar bacaannya yang panjang sekali. Banyak judul buku dari dalam negeri maupun mancanegara yang dia sebutkan beserta kasus-kasus yang membetotnya. Demikianlah, saya selalu iri dengan orang-orang seperti itu: menjadikan aktivitas membaca bukan di waktu sisa.

Kebanyakan orang yang terlalu sibuk membaca jadi sembrono dalam menulis. Tapi Rachman tidak. Ia bahkan mampu menganalisis jauh melampaui kritikus. Saya acapkali memberikan tulisan saya untuk sekadar dia tanggapi. Alasannya objektivitas: menjatuhkan untuk membangun. Saya tidak sedang mengada-ngada. Saya yakin dia akan jadi orang besar. Tapi saya juga yakin bahwa pujian saya barusan adalah tahi kucing baginya. Rachman tidak suka bau tahi kucing.

Sekarang tanyalah orang-orang yang menurutmu sudah besar dan menyingkirkan istana lipatnya. Menjadi orang besar sungguh sangat merepotkan, bukan? Banyak orang di belakang mereka yang mengantre dan memohon-mohon supaya diapresiasi seperti kutu rambut yang membikin gatal sekali itu. Orang besar juga akan melihat siapa pun sebagai saingan sehingga ia tampak menjadi tokoh utama dalam kegemilangannya, yang lain berperan sebagai figuran alias pembantu. 

Lagipula orang besar sesungguhnya bukan orang dengan nama dan gelar yang besar, melainkan orang yang mampu membesarkan.
Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment

Pengen permen? Ngomen dulu, mamen!