Kart's

Daily Notes

Makna Merdeka

Leave a Comment

Atas nama kebebasan, kita seringkali bertindak sesuka hati. Memerdekakan hidup dengan menganggap kitab suci itu jebakan dan agama adalah penjara dan Tuhan tidak lebih dari sipir yang menyebalkan. Apa susahnya menampar sipir itu lalu kabur? Seperti saat kita haus sekaligus stres lalu menyambar sebotol bir di kleb. Seperti saat kita lapar sekaligus penasaran lalu mencuri diam-diam brankas negara. Seperti saat kita gerah lalu membuka aurat. Seperti saat kita lelah dan ingin bertambah lelah lalu masuk ke panti pijat plus-plus. Seperti saat muncul sebuah isu, tentu kita pandang sebagai hal yang lumrah, disenjatai oleh embel-embel Hak Asasi Manusia, toleransi, kebebasan pendapat. Kita ingin menghirup udara sebebas-bebasnya sebagaimana tahanan yang sudah lama membusuk di sel bertahun-tahun.

Kita menarik diri sebagai warga sipil karena muak dengan birokrasi pemerintah. Kita melepaskan diri dari lembaga pendidikan karena bosan belajar. Kita menantang bos karena tidak suka dijajah untuk bekerja. Kita mencoret nama kita dari kartu keluarga karena tidak tahan dengan dinamika rumah tangga. Kita, manusia, sejak lahir bertubrukan dengan banyak masalah yang kita besar-besarkan, diikat oleh banyak pihak untuk melakukan apa yang tidak kita mau, tapi kita seolah mampu menyelesaikannya sendiri. Zarathustra pernah mengatakan kalau banyak orang tidak mampu membebaskan dirinya sendiri dari belenggunya sedangkan dia itu pembebas bagi orang lain.

Kebebasan adalah satu-satunya nikmat Tuhan yang tidak dimiliki makhluk lain kecuali manusia. Kita bisa bebas tentu saja. Namun jangan lupa, di luar ventilasi rumah tahanan ini, hanya ada sekawanan nafsu yang dikemas manis seperti cokelat-cokelat pajangan minimarket. Dan jika kita melangkah ke sana berarti kita sedang menjemput belenggu baru. Tuhan tidak mau itu.

Serahkan dirimu pada sipir itu, Kawan. Dan mari bertemu untuk mencari makna kebebasan yang sesungguhnya. Sebab seperti yang dikatakan Zarathustra, solusi masalahku bisa jadi ada padamu dan solusi masalahmu ada dalam genggamanku. Kalau kau membayarku dengan tebusan yang mahal dan menjemputku untuk keluar dari rumah tahanan ini, maaf, aku tidak akan ikut. Aku bahagia ditahan Tuhan untuk bisa bebas dari tangkapan setan.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment

Pengen permen? Ngomen dulu, mamen!