Kart's

Daily Notes

Burung-burung Bersangkar Langit: Sebuah Sajak Penyambutan Tamu dan Syukurin Gedung Baru

Leave a Comment

Terbayang tidak, Kawan, jika kampus megah
yang tumbuh dari keringat para pahlawan
Hanyalah pabrik bagi rutinitas yang keras
dan kita menjadi mesin-mesin produksi
Tanpa pernah kita mencari bagaimana cara kita
kembali ke masa kanak, tertawa dan bermain
Setiap pemuda datang untuk memeras otak
tapi lupa menjemurnya di tengah terpaan angin

Kami tawarkan seikat rambut penuh warna
tapi kalian heran bagaimana bisa muncul pelangi
di kepala kita sementara hari ini belum lah hujan?
Kami ulurkan tangan-tangan berlumur getah cahaya
sampai kalian tidak percaya bagaimana rintik hujan
bukan menetes dari awan, bukanlah air mata langit!
Kami tidak kenal formula kesedihan dan rumus ambisius
melainkan bahasa kebebasan burung-burung misterius

Kami lahir dan berangkat dari sepasang tangan nabi
yang mencetak tanah liat lalu meniupkannya
Seperti sihir, kami bangun laksana burung-burung
Seperti petir, sayap-sayap kami siap menggetarkan
apa saja, menumbangkan rasa curiga dan putus asa
sampai benda-benda berdiri sebagai manusia-manusia
Seperti itulah kami mereka-reka yang telah mati
menjadi hidup, yang kalian sebut imajinasi

Siapa bilang burung-burung ini tuli dan bisu
dan hanya mampu bengong di siang bolong?
Tidakkah kalian dengar mereka bercakap-cakap
dengan hatinya sendiri dan dengan hati kalian?
Burung-burung yang setia tidak pergi mencari cinta
melainkan menjemputnya dengan riang gembira
Cemaskanlah jika suatu saat tidak ada yang dapat
mempersunting hati kalian yang kesepian

Mungkin kita ingat tentang pertemuan di hari pertama
saat kalian berketapel sorak sorai yang kompak
mengusik kami yang asyik bertengger di ranting pohon
Mungkin kita pun akan ingat pertemuan di hari terakhir
saat kalian mendekor danau dan memohon-mohon
kami datang meminumnya sambil menari-nari!
Kini burung-burung itu bermigrasi ke barat jauh
dan akan kalian dengar kepaknya menerobos udara
menjadi pedang ksatria yang tidak mudah terpatahkan

Sangkar kami langit, tidak berjendela tidak berpintu
maka kalian bisa singgah tanpa harus hafal batas waktu
Ruang tamu kami secarik kertas, belantara hutan hayalan
maka kalian bisa mengirim raja hutan maupun rumputan
Telinga kami tidak berjarak dengan mulut-mulut kalian
maka salam yang bijak bolehlah kalian gaungkan
sebelum terbang bersama kami, burung-burung ini
Salam Ganesha: Salam Ganesha. Bakti kami untukmu
Tuhan, bangsa dan almamater. Merdeka. Merdeka! 

'Bukan Sajak Pamflet' dibacakan di Pilotis ITB pada 13 November 2015
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment

Pengen permen? Ngomen dulu, mamen!