Terbayang tidak, Kawan, jika kampus
megah
yang tumbuh dari keringat para pahlawan
Hanyalah pabrik bagi rutinitas yang
keras
dan kita menjadi mesin-mesin produksi
Tanpa pernah kita mencari bagaimana cara
kita
kembali ke masa kanak, tertawa dan
bermain
Setiap pemuda datang untuk memeras otak
tapi lupa menjemurnya di tengah terpaan
angin
Kami tawarkan seikat rambut penuh warna
tapi kalian heran bagaimana bisa muncul
pelangi
di kepala kita sementara hari ini belum lah
hujan?
Kami ulurkan tangan-tangan berlumur
getah cahaya
sampai kalian tidak percaya bagaimana rintik
hujan
bukan menetes dari awan, bukanlah air
mata langit!
Kami tidak kenal formula kesedihan dan
rumus ambisius
melainkan bahasa kebebasan burung-burung
misterius
Kami lahir dan berangkat dari sepasang tangan
nabi
yang mencetak tanah liat lalu
meniupkannya
Seperti sihir, kami bangun laksana burung-burung
Seperti petir, sayap-sayap kami siap menggetarkan
apa saja, menumbangkan rasa curiga dan
putus asa
sampai benda-benda berdiri sebagai manusia-manusia
Seperti itulah kami mereka-reka yang telah
mati
menjadi hidup, yang kalian sebut
imajinasi
Siapa bilang burung-burung ini tuli dan bisu
dan hanya mampu bengong di siang bolong?
Tidakkah kalian dengar mereka
bercakap-cakap
dengan hatinya sendiri dan dengan hati
kalian?
Burung-burung yang setia tidak pergi
mencari cinta
melainkan menjemputnya dengan riang
gembira
Cemaskanlah jika suatu saat tidak ada yang
dapat
mempersunting hati kalian yang kesepian
Mungkin kita ingat tentang pertemuan di
hari pertama
saat kalian berketapel sorak sorai yang
kompak
mengusik kami yang asyik bertengger di ranting
pohon
Mungkin kita pun akan ingat pertemuan di
hari terakhir
saat kalian mendekor danau dan memohon-mohon
kami datang meminumnya sambil
menari-nari!
Kini burung-burung itu bermigrasi ke barat
jauh
dan akan kalian dengar kepaknya menerobos
udara
menjadi pedang ksatria yang tidak mudah terpatahkan
Sangkar kami langit, tidak berjendela
tidak berpintu
maka kalian bisa singgah tanpa harus hafal
batas waktu
Ruang tamu kami secarik kertas, belantara
hutan hayalan
maka kalian bisa mengirim raja hutan
maupun rumputan
Telinga kami tidak berjarak dengan
mulut-mulut kalian
maka salam yang bijak bolehlah kalian
gaungkan
sebelum terbang bersama kami,
burung-burung ini
Salam Ganesha: Salam Ganesha. Bakti kami
untukmu
Tuhan, bangsa dan almamater. Merdeka.
Merdeka!
'Bukan Sajak Pamflet' dibacakan di Pilotis ITB pada 13 November 2015
0 comments:
Post a Comment
Pengen permen? Ngomen dulu, mamen!