Kawan,
tinggalkan saja Tuhan! Silakan berpaling dan pergi. Larilah
sekencang-kencangnya! Jangan patuhi perintah-Nya! Jadilah pembangkang!
Kau percaya, ibadah itu melelahkan. Sangat. Amal baik tidak membikin
perut kenyang. Doa hanyalah omong kosong yang dipanjatkan pada
langit-langit yang tidak tahu cara berbincang.
Dan, apa bedanya sembahyang dengan jungkir balik di lantai diskotik?
Ah, tahi kucing sungai-sungai air susu. Persetan bidadari rupawan!
Nafsu itu lebih setia dibanding Tuhan, Sayangku. Dia membacakan selalu sepucuk surat kepadamu dalam bisikan paling mesra. Sedangkan, kau juga mengerti, Tuhan hanya memerintah ini itu, melarang ke sana ke mari, mengemis-ngemis pujian biar sembilan puluh sembilan nama-Nya senantiasa tenar. Lalu saban subuh Ia mengusik nyenyak tidurmu, memanggil-manggilmu dalam berisik suara adzan. Barangkali berulangkali? Ya. Siang, sore, petang, malam, pun begitu. Lalu saban ramadhan, kau lihat seribu bulan bagai uang receh dalam celengan, berubah menjadi sekaleng biskuit saat lebaran. Itu pun habis oleh semut. Tidak ada lagi tunjangan hari raya. Tidak ada lagi sarung atau mukena baru. Diam-diam Tuhan membiarkanmu berlari sambil telanjang.
Tidak kepalang tanggung kelakuan Tuhan. Ia memang sok penguasa, membeli airmatamu dengan janji pahala sabar, membayar olok-olokmu dengan hutang siksa kubur. Tetapi kau jangat takut. Teruslah berlari! Bahkan sambil telanjang. Sebab keyakinan yang kaukenakan hanya mengundang perang antar saudara. Terus saja kau berlari hingga menjemput mimpi. Bukankah kebebasan yang kaudambakan? Akan ada rasa senang dari setiap tetesan keringat itu daripada sekadar itikaf di masjid. Berlari yang jauh, Sayang, bukan berputar-putar di sekitar batu hitam. Akan ada rasa puas saat mencaci pejabat korup sambil mencicipi sogokan. Jangan hiraukan anak-anak yang tak berbapa tak beribu. Jangan hiraukan orang-orang yang membeli selimut saja tak mampu. Jangan hiraukan para pengamen yang melagukan ayat-ayat cinta di depan pintu rumahmu. Jangan hiraukan. Sungguh. Berlari itu bukan pengecut. Berlari adalah peluang menjadi pemenang. Langkahkan kakimu selebar-lebarnya sekali pun Tuhan telah menumpahkan bala tentara berseragam gulungan ombak. Tuhan senantiasa mengusir orang nakal sampai jauh.
Kawanku yang nakal, tinggalkan saja Tuhan! Tinggalkan! Jauh sampai ke akar benua. Tinggalkan saja Tuhan. Tinggalkan. Sejauh-jauhnya. Seasing-asingnya seakan batu akik dengan asteroid. Tinggalkan. Sejauh-jauhnya. Seasing-asingnya. Sampai jantungmu hampir kehilangan baterai dan jarak tempuh tinggal sehelai dan usia memangkas degup. Tetapi, Kawan, pastikan kau ingat kepada siapa kau kembali, kemana kau pulang setelah menyeberang jauh-jauh.
Bandung, 2015
---
Tulisan ini terinspirasi dari diskusi hangat seorang sahabat saat menjadi panitia kegiatan sosial di Yayasan Insan Priangan (http://www.yip.or.id). Hubungi operator 089695440358 sekarang untuk investasi kebahagiaan, supaya Tuhan jatuh cinta kepadamu. O maaf, supaya Tuhan bangunkan cinta untukmu.
wow bagus
ReplyDelete