Artwork from Society6
SAJAK GEMBEL
Mereka bilang kami gembel
hidup dan bermukim
di bawah selangkangan zaman edan
Memanggul matahari, mengarak bintang
Compang-camping dicakar lapar dan dahaga
ditampar cambuk kantuk dan lelah dan gelisah
saat tapak kaki menerkam imaji
yang lompat dari dinding ke dinding
dari kardus-kardus lusuh ke tumpukan jerami
ke dalam serat karung goni
ke dalam kaleng-kaleng kosong
ke dalam comberan tempat kami semedi
Imaji, imaji menjadi teropong hari esok
Kami mengurai diri bagai tiada menuju ada
menyibak rahim pikir akar semesta
Busana keterasingan apalagi yang kaunanti
dari gerimis kuas berahi?
Busana keterasingan apalagi
yang hendak dikenakan mesin-mesin raksasa
gedung-gedung raksasa
jembatan-jembatan raksasa
dan raksasa-raksasa dalam etalase pasar dunia?
Mereka bilang kami gembel
mati dan bermakam
di bawah ukiran kekal pagar trotoar
Tapi mereka ziarahi juga kami
dengan mata terpejam dan telinga tersumbat
dan tangan yang masih menimang bayi-bayi
Bayi-bayi mesin itu telanjang
Bayi-bayi gedung itu melipat badan
Bayi-bayi jembatan itu menangis dalam gigil
menyelami air mata masing-masing
tanpa sadar diri kian sengsara
karam dan percuma
Oi, para gembel!
Bangkitlah dari matimu
Kibaskan seluruh debu yang menguburmu
Lupakan codet jantungmu
keruh darahmu, jumpalitan nasibmu
Sambut bayi-bayi hilang ibu
Oi, para gembel!
Batang tulangmu yang membara
jadikan tongkat Musa
bagi samodra kanvas merdeka
Bandung, 7 April 2013
thank's gan atas infonya
ReplyDeleteThanks nice post
ReplyDelete