Kart's

Daily Notes

Mahakarya Hidup Kita

Leave a Comment

Hanya sebidang kanvas bekas, bukan lagi perawan
Basah terbasuh pewarna, melemah terjamah kuas
yang buas menerkam dari kelam mata hingga mati
Sedang kita, yang singgah, adalah sampah cerita
berangkat dari kaleng-kaleng cat, terlempar dari palet
tumpah jadi lukisan yang seolah atau memang realis 

Tangan pelukis itu menarik garis tipis, memisahkan
kaki langit dan muka samudra yang tak ternamai
Keduanya adalah biru namun biru yang berbeda
Dan pohon-pohon bakau tumbuh subur begitu
kepala bangau mencuat dari kubangan lumpur

Di berbagai sisi pantai, anak-anak nelayan berbagi nasi
memandangi dingin langit timur, langit musim gugur
sambil menunggu lemparan ikan datang pada petang
Berikutnya menampak siluet tebal milik nahkoda
berdiri di kapal laut yang sauhnya sebentar lagi jatuh

Saat hujan deras, ombak mengganas, ada yang lekas
merangkai anyelir dan anemon pada vas sederhana
untuk lelaki pirang yang akan pulang usai berperang
Namun gumpalan rendah awan kelabu mengunyah segalanya
bahkan sebelum sempat mereka berjumpa, di dermaga,
sebelum ikan bertepuk tangan untuk sebuah pertemuan

Amuk pun berloncatan dari yang termusnahkan:
"Bapak pelukis sialan!"

2011

:: Dokumentasi Puisi Kartini Fuji Astuti
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment

Pengen permen? Ngomen dulu, mamen!