Kawan, selalu kubayangkan kehidupanku kelak…. Apakah aku akan bertemu kembali bersama orang-orang yang berikut ini kusebut?
Aditya Pratama
Jeng jeng jeng!
Pria berperawakan tinggi besar yang hobi main gitar, sepak bola, renang, sondah, anyang-anyangan, bepe-bepean, ngangkat-ngangkat loker, sampai kalau nggak ada kerjaan : nyolokin kabel ke lubang hidung biar ingusnya nggak keluar-keluar. Cool kan? Penampilan Adit eye catching dan sporty abis apalagi kalau sudah pakai celana pendek ketika tampil di panggung. Fasionista dong, cita-citanya aja ingin mendirikan distro.
Dan, sepuluh tahun kemudian..
“Adit, bener Dit kamu punya distro?”
“Yak, bener. Kalau kamu butuh cat, keramik, atau semen hubungi aku, ya!”
“Ah? Eta distro atau toko material, Dit?”
Ahmad Ridwan Fauzi
Siapa yang tak kenal Master? Makhluk berkacamata ini dikenal jenius kalau bicara mengenai C++! Namun sulit dideskripsikan. Bukan apa-apa. Karena setiap kali ditanya, dengan santai dia akan menjawab “Not significant” tanpa peduli ada orang yang ngabeledug di sekitarnya. Ya, ya, seperti tempo hari ketika saya mewawancarainya. Berikut kutulis hasilnya..
Aku : “Apa pendapat anda tentang seksi keamanan kelas kita?”
Uji : “Militant activities have grown in southeast and eastern regions and security incidents have risen significantly in Afghanistan.”
Selesai wawancara, Dhiar berujar, “Ah, sa-mah!! Naha jadi kana Afganistan?”
Aku mengecheck jawaban uji, “Ehehehe! Sori. Salah ngopi paste!” (ketahuan asal copas asal ada kata significant)
Andriani Puspa Rilanda
Bibir selip, kata Aci mah. Entah kenapa disebut bibir selip. Mungkin bibirnya keselip di gigi sewaktu menggigit keju.Atau giginya keselip di bibir sewaktu menggigit bibir. Atau bibirnya nggak mau nyentuh keju sampai keselip-selip. Waduh, nggak kebayang. Puspa, begitu ia akrab disapa, sebenarnya benci setengah mati dengan keju. Traumatik karena bibirnya keselip, kali ya? Aduh, gila! Kalau ngebahas bibir rasanya nggak akan selesai-selesai!
Back to profil : Puspa adalah guru bagiku. Di segala bidang, ia juaranya. Fisika, Matematika, Sejarah, PKN, sampai Seni. Oh, ya, ia sedang menggeluti dunia seni. Katanya suatu saat akan jadi penyanyi paling top mengalahkan Widi Viera.
“Deengaarkaan cuurhatkuu teentaang diirinyaa! Beeetaapa aanehnyaaa, tiingkaah laakunyaa! Jujurlah padaku, jujurlah padakuuuuu!! Kau menyimpan rasssa, kau menyimpan rasssa cintaaaaaaa—”
“Errrgh!! Shut up!” potong Freza
Hening.
“Nyatakan padaku… nyatakan padakkuuuuuu!!!!!”
Besoknya, Puspa dimutilasi.
Andi Naufal
Asli. Nih orang leader yang kurang bijak dalam memimpin dirinya.
Tabiat belajarnya sih santai. Tanpa perlu berpikir semalaman, berpikir tentang seperti apa soal ulangan yang akan keluar. Tanpa perlu jungkir balik agar otak tetap fresh. Belakangan ia sadar jungkir balik malah bikin otaknya mencret.
Andi hanya perlu tidur pulas satu malam, setelah itu tidur pulas di hadapan pengawas selama UAS. Santai.
Suatu hari ia pernah tertarik mengikuti kebiasaan orang : BELAJAR. Siapa tahu nilai di raport semester 2 bisa naik 0,5. Hehehe.
Andi : “Fit, sore kamari urang ka imah maneh rek nanyakeun soal Fisika, manehna euweuh! Haaaah maneh mahh!!”
Fitri : “Oh, yang kemaren teh Andi?? (heboh) Pantesan bibi aku bilang ada cowok dateng ke rumah. Ganteeeng pisan, kata bibi aku teh. Hidungnya mancung!! Ari sugan teh—”
Andi : “U-u-urang disebut g-ganteng???”
Otak Andi 100% FRESH sebelum akhirnya menggeliat-geliat girang dekat tiang koridor.
Asri Nurvadyani
Multitalent. Begitu aku menyebut gadis cantik asal Ciherang ini. Berbakat dalam segala hal. Editing, karya tulis, seni musik, seni rupa, debat, debus, dan.. Apa sih yang gak bisa dia lakukan? Semuanya bisa.
Prestasi yang pernah diraih : juara 1 membuka ompreng Priska Yudina.
“Pik, ini gimana cara bukanya? (sambil mencoba membuka tanpa minat) Eh? Heehehehe. Horeeeeee bisa!”
Itulah Aci. Tanpa sadar, caranya tertawa selalu membuat aku tertawa.
Aci paling hobi main hulahup. Ia pernah menunjukkan aksinya seperti seekor singa di sirkus-sirkus. Menggoyangkan pinggang selama mungkin. Menciptakan keteraturan gerakan yang ajaib. Mempertahankan hulahup agar tidak turun dari lingkar pinggangnya.
Adit cemburu melihat aksi Aci disahuti tepukan kagum anak-anak cewek. Adit pun meniru hal yang sama. Mengangsurkan hulahup lewat kepala. Tersenyum saat dengan hebohnya Fitri mengumumkan, “Hei, si Adit! Si Adit tuh maen hulahup!!”
“Huahahahaha!” Cewek-cewek langsung ngakak menyaksikan Adit yang menggoyangkan pinggangnya dengan satu kali geolan... dan hulahup jatuh.
Damma Rachmansyah
Jaket abu-abu berkupluk menjadi jaket favoritnya. Siapa sangka pria yang kelihatan keren dan dingin ini genit kalau soal berkenalan. Suatu hari ia jatuh cinta pada seorang gadis berkerudung abu-abu, calon pakar Ekonomi. Dan nekat ingin mengajak gadis itu kencan, alih-alih akan mengerjakan tugas kelompok.
Dama : “Rahayu Eka Putri, kapan kita kerja kelompok bareng?” (bergaya sok cool dengan tangan kanan merogoh saku celana)
Au : “Kapan, ya? Hm! Nanti aku kabarin deh.”
Dama : “O gitu? Boleh minta nomer hape?
Au : “Nggak boooleeeh.”
Dama : “Loh? Kan biar bisa SMSan! Boleh, ya?”
Au : “Ng.. Bukannya giiiitu. Kalo nomerku aku kasih ke kamu, tar aku nggak punya nomer. Aku ngeSMS lewat apa coba?”
Dama : #_# (ngabeledug)
Dinar Hartanto
Kalau dalam bahasa Makdum.. nih orang diemnya kayak jangkrik mau kawin. Tapi jangan salah, dia nggak diem-diem amat kok. Saat kau membuat telingamu lebih peka akan suara… kau akan mendengar Dinar berkata, “Kondangan!” dengan ekspresi yang lurus, mulus, rata, datar, flat, persis seperti tempe kelindes mikrolet, gepeeeng banget. Ibu-ibu juga ogah beli tempe kayak begitu. Mending beli tepung terigu sekalian biar bisa dibikin donat. Eniwei, kenapa ngalor ngidul ke sini? Ah, stress!
Yak, sedikit lebih ekspresif kamu, Nar, pas nakolan drum!
Berikut dialog pendek yang takkan pernah lekang oleh waktu.
Miss : “Are you ready?”
Dinar : “No, I’m Dinar!”
Fitri Rodiatul Mardiah
Atraktif, cerdas, cekatan, dan terkenal sebagai cewek terheboh di kelas. Hebaaaat banget main basketnya. Terkadang konyol kalau sudah bersendawa dalam keheningan di depan anggota DKM.
Raut wajahnya sangat bisa ditebak. Kalau Fitri senyum-senyum nggak jelas berarti sedang jatuh cinta. Dan kalau senyumnya disembunyikan dalam bekapan mulut, berarti.. Fitri telah merasakan betapa malunya bertingkah aneh di depan orang.
Seperti saat remed Matematika di kelas X-6. Ingat tidak ketika Puspa berbisik menanyakan soal, “Nomor tiga sembilan.. Titik AT bukan si?”
Aci merunduk. “AT kayaknya.”
“Tapi di sini mah DT,” desis Puspa sekali lagi.
“T sama dengan D, D sama dengan T. Jadi DT itu Darul Tauhid!!” Suara Fitri yang jernih, melengking, bening dan tegas mengganggu konsentrasi para pakar remedial.
Pakar-pakar berdehem nyindir. Bu Hepi juga terkikik geli. Fitri membekap mulutnya dan bersembunyi di bawah ketiak Aci kala itu.
Freza Faturrahman
Karismatik? Ya! Penggemar Anggun C. Sasmi? Fans berat malah. Siapa pun bisa mengira dia memakai shampoo Pantene setiap kali mandi dan minum Anlene untuk menguatkan tulang-tulangnya agar tidak keropos, haha seperti dalam iklan yang dibintangi Anggun.
Belakangan aku tahu dia juga menyukai Parah Queen. Pernah suatu hari di Perpus ketika Asterivius sedang belajar bahasa, Mutia menemukan sesosok model dalam sebuah cover majalah.
“Eh, ada Parah Queen!”
Berkata begitu, majalahnya langsung beralih ke tangan Freza. Mutia tahu majalah itu direbut. Ah, Freza! Membuat cewek-cewek tercengang saja. Freza membawanya ke pojokan, dengan kamera ponsel dipotretnya cover majalah itu, lalu di lemparkannya kembali ke hadapan Mutia.
Sesimpel itu.
Dan sesimpel itu, cewek-cewek semakin terkesima.
Selain gesit, Freza juga tangguh. Tak tanggung-tanggung diikutinya klub Boxer karena memang Freza suka bertarung. Gerak-gerik dan tatapan matanya itu loh yang seperti menghunus, menusuk, membuat wajah siapa pun teriris.
Fitri tidak jadi menagihnya uang kas. Bisa kutebak! Melihat Freza yang merenggangkan otot-otot kepalan tangannya saja sudah membuat Fitri merasa kehilangan tulang leher. Sadis.
Kani Muthmainnah
Dari dulu sampai sekamar nggak berubah. Kani adalah satu-satunya kolektor komik Jepang paling top sedunia. Di tahun 2020 nanti ia ingin pergi ke negara empat musim itu, menemukan Kakashi, dan bermain biola di bawah keindahan pohon sakura.
Minatnya saat ini adalah membuat komik-komik strip, memotret orang-orang gila seperti kalangan Asterivius dan berjuang menjadi fotografer profesional.
Kani juga mengagumi kultur Jepang. Tak ayal kepalanya berbau anime, manga, dan bahasa Jepang. Maka ketika aku mengajaknya ngobrol jadi sedikit aneh.
Kart : “Kan, pinjem laptopnya Nisa, yuk! Kita baca blognya Raditya Dika.” (berharap setelah ini dia bilang, ‘Blognya siapa dah? Mana-mana? Emang bagus, ya?’)
Kani : “Hayu, pinjem! Asik. Kani mau nonton anime. Nonton Toradora, yuk! Di laptop Nisa ada FLV nggak, ya? Kalo nggak ada.. harus download dulu di internet. Aduh, jadi inget Ryuji. Haa? Sugoi. Sugoi. Taiga Aisaka!”
Kart : (harapanku runtuh) “Nonton apa?”
Kani : “Toradora.”
Kart : “Dora-dora-what? Doraemon? Dora The Explorer?”
Kani : “Toradora! Kani bawa kasetnya, beli dari Blues. Rame tauk!”
Kart : “Wah? Toradara apaan dah? Mana-mana? Emang bagus, ya?” (kenapa jadi aku yang bilang begini?)
Kiki Siti Zaqiah Saproh
Selain bibir selip, Asterivius juga punya si lidah selip. Aku tidak heran dengan julukan ini. Lidah Ikiw sih memang selip, dan kalau sudah curhat.. hati-hatiiii banget ngomongnya, kayak yang takut lidahnya keselip. Padahal lidahnya memang sudah selip-.- Jadi?
Dan kalau Ikiw marah-marah malah kayak nggak punya lidah.
Fakh : (nakol-nakol drum)
Ikiw : “Sh~rutt ih! Belriseik, Vahlri!”
Freza : (menatap bengis kembarannya) “Naon maneh?”
Dhiar : “Naon maneh?”
Freza : “Jelema, maneh naon?”
Fakh : “Sing gelut sing gelut!”
Ikiw : “HUEY.. VAHLRI , VLREJA, DEALR! (aaaaagh, kenapa nama kalian susah-susah?) DIEM CODA, PHUWAH, DIEM COBAAA!!!”
Mereka bukannya diem.. malah tambah ricuh. Ikiw frustasi jadinya. Mengutuk lidahnya yang tidak bertulang.
Muhammad Fakhri Wiratama
Aku menyebutnya Crow Marmot, yang lain juga. Aku belum paham awal mulanya gimana. Mungkin karena Fakhri sering tiduran di kulkas, karena setahuku Crow Marmot bisa hidup dalam es balok. Itupun aku tahu sejak nonton Happy Tree Friends bareng Asterivius. Kata Kani sih labelling Crow Marmot itu sebenernya karena perawakan dan watak Fakhri memang kayak Crow Marmot. Gendut. Tukang tidur.
Kebayang nggak.. Fakhri yang kukira macho ternyata bisa berakting gemulai saat berpartisipasi dalam lomba Video Contest ‘Help Us’? Peran Fakhri hanya sebagai penculik banci. Tapi karena dialah Video Asterivius meledak, memiliki sentuhan jenaka. Semua penonton terpingkal.
Sukses menjadi banci? Oh, tidak. Ini hanya tuntutan peran, kilah Fakhri sambil memukul-mukul drum. Fakhri akan sukses menjadi drummer.
Muhammad Agung Rayadi
Sedikit gila. Cuek. Kadangkala serius. Seringkali nggak punya malu. Mungkin itu gambaran bagi Agung yang suka ketawa-ketawa aneh kayak Mister Bean.
“Mobil tiguling mobil tiguling mobil ti, eh kunaon Fit meuni molotot kitu?”
“Tong nyanyi-nyanyi wae! Kerjain tugas Sejarah!!”
“Ah, bodo. Nu penting mah mobil tiguling!”
Saat pelajaran bahasa Sunda, Agung diminta Pak Edwin untuk bercerita tentang pengalaman pribadi.
Melihat teman-teman sekelasnya sudah menatapnya fokus, Agung terkekeh sebentar ‘ayey jadi pusat perhatian’ lalu mulai bercerita, “Dina hiji wanci, aya aki-aki ngalewat.. leutik pisan eta aki-aki teh... teras abdi ningali, ng..”
“MOBIL TIGULING?” tanya anak-anak sekelas kompak, membuat jidat Agung berkerut.
“Lain ih, serius. Cicing coba, atuh! Batur teh keur mikir!!”
“???”
“Ng...” Agung berpikir keras sampai tulang dan giginya kering. Tujuh jam kemudian..
“Nyarita naon sih, fales ah!”
“Keheula, da ieu sih jadi poho!” kelit Agung berapi-api, “Oh!! Saprak aki-aki eta tigubrag, eh lain, saprak aki-aki leumpang ngabirigidig abdi nuturkeun, ‘aya naon, Pak?’ ceuk abdi,”
“AYA NAON?”
“Mobil Tiguling.”
Stress.
Maulana Makdum Ibrahim
[belum terpantau]
Muhammad Aqlida
Si sipit dari RRC (baca: Republik Riweuh Camtamtu) ini nggak sadar kalau banyak dari teman-temannya yang menaruh hati tatkala ia mengibaskan rambut keritingnya. Siapa sangka, teman-teman yang menyukainya itu laki-laki semua! Walau Ida membantah mati-matian kalau ia laki-laki sungguhan dan tidak cantik, tapi tetap saja kelihatan cantik. Namanya aja Ida. Nama lengkap di KTP : Ida Qori’ah.
Ida pernah terlibat skandal dengan laki-laki berambut keriting juga, sampai Maulana Makdum—pria yang mencintainya—kabur ke Surabaya. Ngarang abis.
Setiap kali Asterivius mengadakan nonton bareng, Ida suka menyempilkan remote ‘tolong’ di keteknya. Aku nggak tahu ni remote apaan namanya. Tapi sering kudengar Ikiw berteriak.
“FLREEZ, IDA!! FLREEZE!”
“Please?”
Please dalam bahasa Inggris kan artinya tolong. Bener nggak, ya? Tanya Master ah.
Sisi baiknya kulihat ketika Ida selalu mencoba hadir dalam acara apapun. Ida menghargai kepemimpinan Andi. Ida pun sebenarnya memiliki banyak ide. Ida dan ide. Hahaha. Tulisan tangan Ida bagus loh. Ida cocok jadi sekretaris yang... cantik.
Muhammad Dhiar Faturrahman
Ini dia Matematikawan kita. Kebiasaannya adalah mencukur rambut liar yang tumbuh nguriwel-nguriwel di kepala, main CS, mengerjakan rubik dalam waktu sepersekian detik (wow), mengerjakan soal matematika sesingkat mungkin, memecahkan rekor, dan keluar ‘selalu’ pertama kali pada saat UAS berlangsung.
Melalui cerita teman-teman, aku tahu bahwa Dhiar dikatai Obama oleh kakak-kakak kelas. Hah, kenapa Obama? Ditanya begitu, teman-teman malah tertawa. Mereka menjelaskan tanpa berhenti tertawa sehingga aku mati kutu, tidak mengerti sama sekali-.-
Sampai suatu hari ketika Dhiar mengupil di angkot, ada kakak-kakak kelas yang bertanya.
“Obama, ya?”
“Bukan. Saya Dhiar.” Dhiar tercenung sebentar. Menghentikan gerakan telunjuknya dan memijit-mijit batang hidungnya pelan. Siapa sih, orang ini?
Besoknya, ia kembali dihadapkan pada orang yang sama,“Eh? Obama, ya?”
“Bukan,” tandas Dhiar.
Si kakak kelas tetap gigih bertanya, “Obama, ya?”
Merasa dipermainkan, kali ini Dhiar menantang. “Iya, saya Obama.”
Mimik si kakak kelas serius betulan, “Loh? Kok nggak mirip sih?”
“.....”
Muthia Octaviani
Ratu stabilo. Ah, tepat sekali. Aku bahkan pernah mendapati deretan kuning cerah menghiasi setiap halaman buku biologinya. Muthia mempunyai persiapan yang matang sebelum memutuskan. Seperti sekarang ini.. ia sedang dilema jurusan. Entah IPA atau IPS, katanya. Dan aku yakin sebentar lagi setelah tersungkur di hadapan Tuhan, Muthia dengan mantapnya akan mengambil salah satu dari dua itu.
Muthia memang tidak suka salah arah. Muthia juga tidak suka kesalahan. Kesalahan sekecil apapun itu. Kesalahan mengenai ejaan namanya pun harus benar.
“Muthia, Kart, bukan Mutia.”
“Iya-iya.” Segera kuganti nama yang kutulis di notes menjadi MUTHIA. Kuberitahu ia kalau namanya selesai diganti, “Baca notesku dong, MUT, HIA!”
“Muthia?”
“Iya. Mut. Hia.”
Mutiara Hapsari
Ua lebih suka bermain game Cooking Academy, daripada berpusing-pusing mengerjakan soal Matematika.
Matematika itu menyiksa, begitu katanya.
Sejauh yang kukenal.. Ua adalah koki handal nomor satu sejagat raya. Ingat sewaktu kita berkumpul di rumah Aci? Betapa bersemangatnya Ua menyiapkan bahan-bahan masakan, ngiris-ngiris bawang, motongan bonteng, ngarendos. Yak, sementara yang lain sibuk berfoto-foto ria bersama burung kakak tua di taman, menunggu nasi liwet masak. Hh, Ua yang malang.
Saat datang ke tempat kost-ku pun Kani berteriak.
“Ua Mutiiiiii.............. Masak!!”
“???”
Aku nyaman kalau sudah mendengar Ua berbicara. Sekalipun itu mengenai scene komik dan kekagumannya terhadap Ichigo Kurosaki. Ua bercita-cita ingin menjadi sosok istri yang baik bagi Ichigo, yang setiap harinya menyiapkan makanan lezat khas Jepang sebelum Ichigo berangkat kerja. Ini aku nggak tahu Ichigo itu satu paket sama Naruto atau Shinchan? Norak.
Priska Yudina
“Aaaaaaaaaaaaaaaa....!!!!!!!”
Mendengar pekik histeris Pika yang melengking ngeri—seperti tikus melihat kunti, seisi kelas menutup telinganya rapat-rapat dan kompak menyahut.
“Gandeng, Pika!”
“Sori, sori! Eheh, da henteu ka—aaaaaaaaa....!!!!!! Tong gancang teuing atuh, Di, ikh!!!!!” jerit Pika semakin histeris, membuat Andi gemetaran. Kesal sekali Andi diteriaki begitu. Batu yang digiring pointer mouse menjadi tidak seimbang. Pika memperhatikan batu yang bergulir-gulir nyaris jatuh. Layar besar yang menempel pada dinding ditatapnya serius sambil tidak berhenti berteriak.
Permainan Ballance membuat semua orang di kelas itu stress. Ua sih.. gudangnya game, sampe menginstall Ballance segala.
“Andi!! Eta batu-na kade tiguling, ikh!!!!!! Beurat teuing.. ah samah, pake kayu atuh— aaaakhh.....!!!!!!!”
Seisi kelas sudah membisu.
“Iiiii... make dipareuman??! O-ou.” Pika nyengir melihat Bu Dewi tengah berdiri di ambang pintu. “Hehee. Main game, Bu! Rame.”
Cileupeung-.-
Meski begitu, aku tetep salut dengan keahlian Pika memimpin Asterivius. Karena dialah.. Asterivius bisa kompak. Entah itu kekompakan dalam lomba class meeting, kompak makan-makan di Bunda, atau kompak diremed Fisika.
Rahayu Eka Putri
Manyunnya bikin cowok kelepek-kelepek setengah mati. Seringkali kudapati Au berbicara dengan nada marah, tapi sebetulnya tidak. Memang nada bicaraku begitu, kata Au. Sering juga kudapati Au bergurau. Au bilang itu bukan gurauan, gaya bicaraku memang begitu.
Dulu, Au adalah anggota genk lemot. Mungkin sekarang sudah dipecat. Kurasa Au memang tidak lemot. Hanya saja... nada bicaranya memang begitu.
Biar kuimajinasikan..
Nono : “Urang cireumbay yeuh nonton pilem, hiks.”
Au : “Apaan sih, No, nyolek-nyolek?”
Nono : “Tisu-mana-tisu??”
Au : “Oh, tar dulu!” (Loading::::::::::::::::::35%)
Nono : “A-U!”
Au : “Ya?”
Nono : “Bukan buku sosio!”
Hahaa XD
Au itu sangat terampil dan punya kreatifitas tinggi. Setiap angkat bicara nadanya menunjukkan kalau Au tahu banyak soal politik, keuangan negara, roda pemerintahan dan peperangan di Palestina. Calon Ketua PBB gitu loh. PBB *Percekcokan Bangsa Badung.
Rahmi Nailah
Ada yang mau beli malkis, karoket, cake... atau pesan pulsa *tanpa ngutang?
Hubungi saja Ami, Bussiness Girl of Asterivius. Ami adalah perempuan paling sibuk yang pernah kukenal. Meski begitu Ami tetap tersenyum ketika disapa.
Ami adalah sosok yang menyenangkan, apalagi kalau sudah punya waktu untuk ngobrol.
Tapi tak jarang obrolan menjadi kacau di saat ada pembeli kacau yang mengacaukan.
Kart : “Mi, emang Indonesian Idol tadi malem ada, ya?”
Ami : “Ada. Rio tampil kereeeeen banget. Eh, Dhiar! Ngapain kamu jongkok-jongkok?”
Diar : (nyengir) “Beli Malkis.”
Ami : “Ambil aja. Iya, gila banget kan si Rio itu?”
Kart : “Rio yang mana, Mi? Cakep nggak?”
Ami : “Nggak begitu-begitu sih. Apaan sih, Yar?”
Diar : “Saos.”
Kart : “Nggak begitu, gimana?”
Ami : “Sebentar, Kart! Nih, Yar. Yaaa, nyanyinya doang sih, yang bagus.”
Kart : “O gitu. Lah kamu—“
Ami : “Kamu berdiri di sini ngapain lagi??”
Diar : “Pulangan.”
Ami : “Aduh nanti aja, ya, istirahat. Kenapa, Kart?”
Kart : “Nggak.” (kehilangan selera ngomong)
Reka Khameswara
Dede Reka lucu loh. Kenapa ‘Dede’, dan kenapa ‘lucu loh’?
Selain karena Dede Reka adalah cowok paling mungil di Asterivius, senyumnya juga sukses membuat kami mati gemas. Deretan putih menyembul alami di balik bibir tipisnya.
“Huaaaaaa....... Dede lucuuu!!!” kata Aci dan Pika histeris.
Tak perlu dikomando, Adit, Ida, Agung dan Damma langsung meninju mata kanan Dede Reka hingga lebam biru-biru. Dede Reka meringis pilu.
Sementara Aci dan Pika saling pandang. Kaduanya merasa kasihan. Mereka sama-sama mengangguk merencanakan sesuatu.
“HUAAAA...... FREZA LUCUUU!!!!”
Adit, Ida, Agung, dan Damma melirik Freza yang balik menatapnya bengis.
“Urang teu ngiluan, Nya!” kelit Adit cepat-cepat.
Kemudian terjadi aksi baku hantam. Bukan Ida, Agung atau Damma yang memukuli Freza. Tetapi Freza-lah yang meninju muka-muka belingsatan mereka.
Resti Sundari
Ada seorang lagi yang menggemaskan, lucu, dan kalau kau lihat rasanya pengen nyulik tuh orang ke rumah. Abis lucu banget, kayak boneka beruang.
Yak, Atiw. Hahaha. Malangnya, si lucu ini selalu berada di tengah kerusuhan lantas disalahkan orang. Padahal... ‘sumpah Atiw gatau apa-apa’
Dhiar : “Naon sih, Gung, maneh benci lain ka urang?”
Agu : “Eta, mun aya rumus teh beja-beja atuh!”
Ikiw : “Udtah-udtah. Jangan pada malrah gine dogn!”
Adit : (mengejar-ngejar Au) “Au!”
Dhiar : “Ku urang pan dicontoan.”
Agu : “Iraha?”
Adit : “Au, jangan tinggalin adit. Ah, Au!”
Fakhri : (trenggg... duk-duk-duk.... ciss..)
Ikiw : “Slruttttt!! Belriseik!!!!!!”
Fakhri : “Atiw siiihhh!”
Atiw : “??”
Retno Dyah Palupi
Bener kata Aci, Nono yang dulu pendiem sekarang berubah jadi luar biasa mellow. Kami menemukan Nono tenggelam dalam isak tangisnya saat bareng-bareng nonton HAciko, 3Idiot, Narnia sampai film Prince of Persia.
Nono : “Puas-puas-puas! Atuh da make sipat teh tebel teuing dasar! (cireumbay, ngelirik kanan kiri) Apa kalian liat-liat??”
Pika : “Apa sih? Nggak ada yang liatin kamu!”
Nono : “Hiks. Kasihan si Aslan!! (membetulkan posisi kerudung) Udah ini beli baslub, Yuk!”
Aci : “Hyaahh si Nono!”
Nono : “Bae atuh, Aci!” (mematut muka di depan cermin) “Ih, aku nangis banyak cileuh.”
Aci : “@_@”
Nono : “Bagus, yah?!”
Salma Karima Assadiah
“Kenapa sih aku dikira lemot? Padahal kan cerdas!” bantah Emha ketika Priska Yudina menoyorkan kepalanya pelan.
Di kelas, Emha memang terkenal lemot. Aku hanya mengiyakan saja. Dan di saat banyak orang sedang asyik-asyiknya mengobrol, Emha mengikuti topik dengan mimik serius.
Aci bertanya, “Mha ngerti?
“Ngerti.”
“Apa coba?”
“Hehe. Aaaa…. Jangan ditanyain apa, da pokonya ngerti.”
Selain itu, ketika Asterivius sedang sibuk-sibuknya memperhatikan Bu Hepi, selalu ada celetuk tanya, “Bu, kenapa sudut AOC 60o?”
“Mha!! Tadi kan udah dijelasin!!!” ujar Pika sambil memijit-mijit keningnya.
“Oh, udah?”
Emha sebenarnya punya imajinasi yang tidak tertandingi. Lihat, dinding di belakang kursi-kursi yang berderet acak itu! Itu karya tangan Emha loh. Emha cukup cerdas, bukan? Ya, Emha cerdas sebagai seorang seniman sejati. Emha nggak lemot, tauk!
Santi Intan Puspita
Nggak kebayang gimana jadinya Asterivius tanpa Santi Intan Puspita. Santi rajin sekalee mengerjakan pe-er. Ehehee. Asik, nyontek ah.
Selain berorientasi pada tugas, pecinta Heri Poter ini hobi banget baca novel. Serial novel karyanya Jeka Rowling yang tebelnya minta ampun sih, udah pasti! Santi sampai mengoleksi foto-foto Denil Redklip, menamai flashdisk dengan nama MUGGLE, dan berkeinginan menyelamatkan Heri dari amukan Poldemoret.
Sementara aku ngejanya aja, nggak bisa. Itu nama-nama aneh semua!!!
Oh, ya, nggak boleh ketinggalan nih : Santi terbiasa berangkat ke sekolah pagi-pagi betul, dan dia nggak pernah telat. Sungguh teladan.
Santi menyukai pelajaran Kimia. Terkadang riweuh sendiri. Apalagi kalau diskusi soal Kimia bersama Ikiw Salmonella. Diskusi yang akan berujung pada pukul memukul bahu.
“Ih, Ikiw! Ini tuh reduksi, Ikiw!”
“Iyya. Iyyya. Lreduksi. Tapi jangan sambeil mukul giniii doongg!!”
Siti Khoirunnisya
Ternyata cewek yang aktif di bidang rohis ini lebih sering curhat dengan cerita-ceritanya yang ajaib. Mengutarakan isi kepalanya dengan lisan yang ‘Nisa’ banget.
Bersahabat. Penuh aura. Punya ketelatenan. Apik. Segala sesuatu dikemasnya dengan baik. Nyaman kalau kau tinggal bersamanya serumah.
Dialah orang yang paling gigih di antara orang-orang gigih yang pernah kutemui. Aku tahu dia tidak menyukai pelajaran Bahasa Inggris. Tapi menurutku, suatu saat.. berkat kegigihannya, rasa tidaksuka itu bisa sirna.
Dan Nisa akan menjadi guru bagi orang-orang yang tidak menyukai guru.
Betapa baik dia, aku pun baru sadar sekarang. Terimakasih Nisa. Akan kudoakan kamu agar kelak.. kau bisa bercerita banyak padaku tentang mimpi yang kau raih.
Siti Rima Nuryani
Ima memiliki dua kepribadian. Terkadang, Ima bisa dengan jantannya menjontor orang sampai terkapar. Terkadang, Ima bisa membuat orang tercengang kagum dengan kemaja lengan panjang berwarna pink dan rok berenda-renda yang dikenakannya. Girly abis.
Miss Telat. Ini juga nggak salah. Hampir setiap hari telatnya. Ya ampun! Tapi sekarang udah nggak kok, kelitnya.
Dan besoknya, saat pelajaran Geografi kutemukan dia tanpa dosa menghampiri Bu Dida. Cikicikicik. “Maaf, Bu, telat!”
Bu Dida menarik tangannya. “Heit, kenapa telat?”
“Angkotnya, Bu! Hehe. Duduk, ya, Bu?”
“Duduk.”
Saat duduk, Ima kutanya, “Nggak dikasih surat, Ma? Kamu kan keseringan telat.”
“Surat apa?”
“Surat yang harus ditandatangan itu loh. Tadi dimarahin nggak?”
“Oh, lolos dong. Banyak yang telat, udah aja aku kabur. Hehe.”
“#_#”
Sonya Vieska
Punya kepedulian yang tinggi terhadap penampilan, kesehatan kulit, postur tubuh dan berat badan. Seringkali mengeluh kalau berat badannya naik nol koma sekian kilo padahal masih kelihatan ramping.
Nyanya pernah melongo parah mendapati perutnya sedikit buncit. Nyanya juga pernah meringis mendapati perutnya kempes sedikit. Gendut salah. Kurus salah. Yang pas dan fleksibel itu kayak... pacarnya Kim Bum.
Aaaaaaargh?! Yang bener aja, disamain sama Gaeul? Dia tuh jelek tauk. Molek nggak, mulus nggak, pinter nggak, dan ya.. nggak banget kalau jadi pasangannya Kim Bum. Nyanya nyolot soal Gaeul, kenal juga nggak.
Suatu saat kalau kau ketemu Nanya, kau akan menemukan wajahnya yang meraaah asli kayak kepiting dipanggang atau mendengar curhat-curhat tentang pacarnya—yang lebih cute dari Kim Bum.
“Ih coba tadi malem dia kan nelpon ya. Sepupu-sepupuku pada ngatain.. ‘kim-bum-kim-bum-KIM-BUM’ terus teleponnya mati dan ada sms ‘mau ditelpon Kim Bum lagi gak’?
“Huaahahahaha.”Aku ikutan ketawa aja dah meski nggak tahu Kim Bum itu siapa.
Wildan Prima Putra
Cowok tinggi besar pecinta badminton dan Fisika ini nyatanya tidak pasif kalau kita yang bertindak adaptif. Wildan aktif kok. Suka mendominasi obrolan. Banyak ketawa malah. Tawanya terdengar unik, menggelegak dan tidak berhenti-berhenti.
Pernah Kani berkata, “Ih, Wildan! Ketawanya lucu.”
“Wah! Ternyata banyak juga, ya, yang menganalisa tawa saya? Hahahahaha.”
“Iya. Hahahahah.”
“Haha. Hahahahaha.”
Aku pun nggak tahu kapan mereka bisa berhenti ketawa.
Persahabatan selayaknya kesehatan, baru kita sadari saat kehilangan.
Quotes ini mengeruk ingatanku sampai aku tercenung di balik selimut, dihantui bayangan hitam-putih yang mengilat-ngilat setiap malamnya. Tentang bagaimana alur persahabatan Asterivius, dengan keceriaan yang tidak terperi. Tentang kita. Tentang persahabatan yang sudah setahun merajut cerita. Akankah mereka hilang?
Pika : “Tidak akan pernah terulang, kawan!”
Aci : “Kalau kita harus pisah, ikhlaskanlah..!!”
Dhiar : “Bertemu memang untuk berpisah, menyebalkan.”
Makd : “Kalau tidak ada perpisahan berarti tidak akan ada sesuatu yang berharga.”
Ida : “Naon ieu teh?”
Makd : “Kalian tidak mengerti, aku pernah merasakannya.”
Nono : “Suatu saat kita akan berembuk kembali mengingat betapa banyak kita mengukir baslub, eh.”
Ema : “Perpisahan adalah guru terbaik.”
Nono : “Eta mah pengalaman!”
Ema : “Oh, iya. Ganti ah, menurut saya perpisah—”
Nono : “Tunggu-dulu-tunggu-dulu!”
Ema : “....”
Nono : “Tuh nya, jadi we ah, poho!”
Atiw : “Mamaaa, nggak mau pisah.............!!!”
Aku : “Sama, tiw.”
Menangis. Aku hanya menangis. Bodoh. Tidak bisa berbuat apa-apa. Kelak aku akan berdiri tanpa mereka, setegar ilalang. Aku bukan peramal yang bisa memprediksi masa depan. Hanya bisa berharap akan ada episode-episode lain setelah ini.
0 comments:
Post a Comment
Pengen permen? Ngomen dulu, mamen!