CINTA PERTAMA Rasanya Seperti Martabak Spesial #2

Sebelum baca postingan ini, kusarankan untuk (wajib) membaca part sebelumnya di CINTA PERTAMA Rasanya Seperti Martabak Spesial #1

Malam itu, sebungkus martabak langsung jadi keroyokan. Sisanya untukku. Kucicipi sedikit.... rasanya terlalu manis. Kata 'terlalu' sangat tepat untuk menjelaskan betapa martabak ini bukan seleraku. Kuambil kesimpulan bahwa.........

CINTA ITU SEPERTI MARTABAK 

Nggak bisa dipaksakan buat dimakan, kalo memang nggak suka..

Ini terbukti setelah lebih dari sebulan kami jadian. Aku nggak suka dan selamanya nggak suka sama dia. Malah makin kesel, masa tiap waktu nelpon.... berjam-jam. Direject juga tetep aja nelpon lagi. Alesan aku gak mau ngangkat telponnya adalah.. aku gak suka dan selamanya nggak suka sama dia.

Kalo udah tiga hari gak diangkat, biasanya dia ngejelangkung dengan datang ke rumah (tanpa diundang). Malu banget kan sama mama papa? Diledekin mulu sama adik-adik. Digosipin sama temen-temen, di sekolah maupun di lingkungan rumah. Diberitakan sama Irfan Hakim lewat siaran Insert Investigasi. Ok, yang terakhir emang ngaco.

Sumpah aku nyesel banget nerima dia. Ah tapi bagaimana pun aku merasa sudah menyakiti cowok baik ini. Dengan pura-pura nerima dia... lantas.... ngegantungin dia.

*ganti backsound: Melly Goeslaw ~ Gantung*

Oya sampe beberapa bulan aku ngegantungin dia di atas pohon pisang. hingga akhirnya dia capek dan minta kejelasan. Kujelaskan kalo sebenernya aku belum bisa membalas cintanya dia. Aku suka sama orang lain. Aku gak bisa tahan lama-lama seperti ini.

Intinya...

Sunny, kamu adalah cowok baik.

Tapi aku bukan yang terbaik buat kamu.

Usi : "Teh, ada yang mau ketemu tuh... di luar."

Aku : "Siapa?"

Usi : "Yang kemaren pernah dateng."

Aku : "Bilang aja... tetehnya lagi tidur." *jahat abis* *bodo amat*

Selama penggantungan itu, aku dapat kenang-kenangan dari dia. Kerudung! Yak, kerudung dengan model emak-emak : berenda-renda mengkilat. Aku langsung berpikir tentang sesuatu yang mungkin nggak pernah kepikiran selama ini... Pertama, dia ingin aku menjadi wanita (yang lebih) solehah. Kedua, dia ingin aku enggak ngelupain dia sebagai CINTA PERTAMA.

Kutegaskan sekali lagi, kalau kita udah putus dari kemaren-kemaren. Untuk keputusanku ini, dia kelihatan enggak terima tapi harus nerima.

Yah, mau gimana lagi?

Yang kusalut, tepat pada tanggal 20 April, dia selalu memberiku kejutan: misalnya menitipkan kado lengkap dengan suratnya pada sahabatku. Isi kadonya ngenes abis. Bantal bentuk lope. Gantungan konci bentuk lope. Dan segala hal berbentuk lope. Isi suratnya kurang lebih menerangkan kalo selama ini dia nggak pernah lupain aku. SAMPE SEKARANG? OH GOD!

Kupikir tidak sampe sekarang. 20 April kemaren saja aku gak dapet ucapan sama sekali dari dia. Agak sedih. Mungkin suratnya yang setahun lalu.... itu BULSHIT!! Tapi dalam hati... aku bertanya-tanya apakah dia udah punya seseorang yang lain atau koma dan dirawat di rumah sakit atau mati gantung diri di atas pohon pisang?

Menanggapi itu semua, aku meyakini dua hal...

Sunny, kamu adalah cowok baik.

Sekalipun aku udah jahat sama kamu... kamu tetep menjadi cowok baik.

Hm...

CINTA ITU SEPERTI MARTABAK. CINTA ITU SEPERTI MARTABAK. CINTA ITU SEPERTI MARTABAK. CINTA ITU SEPERTI MARTABAK. CINTA ITU SEPERTI MARTABAK. CINTA ITU SEPERTI MARTABAK!!!!!!!! Dan.... MARTABAK ITU BISA BASI KALO KELAMAAN DIABAIKAN.

 

Maaf dan terimakasih, Sunny.
Salamku untukmu dari hati yang terdalam...