Kart's

Daily Notes

Penyair Di Atas Tumpukan Sampah

6 comments
 
Khoer Jurzani lahir di Bogor 22 maret 1987. Khoer yang sempat bergabung dengan Forum Lingkar pena Sukabumi sebelum hijrah ke cianjur kemudian bergabung di FLP Cianjur dan Komunitas Sastra Cianjur (KSC) adalah lulusan MI Manarul Huda Kota Sukabumi, Mts A-istiqomah Kota sukabumi dan Kejar Paket C PKBM Umi Kulsum.
Sempat menjalani berbagai Propesi mulai dari jadi pedagang asongan, penjahit di sebuah kompeksi, jadi buruh pabrik, jadi sales.
Aktifitasnya sekarang, selain bekerja di sebuah gudang penampungan barang-barang bekas, adalah menulis dan hunting buku . Semangatnya menulis tidak pernah pudar, di tahun 2007, dalam rangka HUT kota sukabumi Khoer mendapatkan anugerah dari wali kota sebagai pembaca terajin perpustakaan umum kota sukabumi 2007. Senang membaca puisi, menulis puisi, ( puisinya sempat menjadi juara pertama lomba menulis puisi antar pelajar se- sukabumi), menulis cerpen dan cerita mini, meskipun lebih banyak menulis fiksi, tapi karya ilmiahnya tentang pendidikan luar sekolah sempat juga menjadi juara kedua kategori umum lomba karya tulis Se-Sukabumi. 

Komunitas Sastra Cianjur sedang mempersiapkan Penerbitan Buku Nyanyian Kamboja karya Khoer Jurzani, didekasikan untuk spirit tak terbatas bagi semangat membaca dan menulis. Juga bagi semangat kerja Khoer Jurzani yang luar biasa dan tak pernah menyerah.

Yang bikin kami takjub sebenarnya adalah perjuangan hidup Khoer yang tak pernah menyerah pada kenyataan, Khoer bekerja dengan keras dan ulet. Ia telah membuktikan bahwa tangan pekerja adalah tangan yang dicintai tuhan... tangan pekerrja keras memang sangat menggetarkan...

tangga menuju kamar Khoer
 
 
Dari kamar ini, Khoer Jurzanii melalui bacannya menembus ruang dan waktu untuk berjumpa dengan Gabriel Garcia Marquez, Lorca, Kawabata, Kundera, Sartre, Acep Zamzam Noor, Hanna Fransisca, Agus R Sarjono, Joko Pinurbo, Budi Darma, dll...(menyebut beberapa conoth buku yang ia baca)


Inilah kamar tempat Khoer membaca, tidur dan menulis. Sebuah ruangan berukuran 2X 3 meter, berada di atas atap penampungan barang-barang bekas.

 kata-kata mengendap di kepalanya
Di atas tumpukan sampah dan pekerjaan yang membantingnya,
Khoer tak pernah menyerah dan dikalahkan untuk terus menulis...menulis...dan menulis

Khoer Jurzani adalah penulis yang hidup dalam keterbatasan, tempat tinggalnya adalah tumpukan sampah. Tapi tiga kumpulan puisi dan cerpennya menandakan pikiran seseorang yang hidup dalam kemewahan intelektual, keakayaan imajinasi dan kepiawaian menafsirkan realitas, tak banyak orang seperti Khoer.

Berikut salah satu puisinya:

Orang Pinggiran  

Kita tidak miskin sayang. Negeri ini toko serba ada, sayang banyak pencuri. Untuk sekedar menerbangkan angan di ubun, kita harus mencongkel mata kita, menjualnya ke apotek. Satu bijinya dua ratus ribu. Lumayan untuk membeli satu-dua linting ganja, satu malam tidur dengan PSK di gerbong kereta, satu porsi bebek panggang dan nasi padang.

Kita tidak bodoh sayang. Otak kita saja yang sesak oleh sampah masa lalu. Di kota ini banyak sekolah elite, terakreditasi A, pengajarnya lulusan Universitas B, dari kota B. Saban tahun ribuan orang datang ke pulau ini untuk belajar. Engkau tidak kabita? Di sini ada IPB, ITB, UI, UIN, UPI, UGM, STAN, STSI, Paket A, Paket B, Paket C. Tapi jangan bermimpi orang seperti kita bisa sekolah sayangku. Jangan bermimpi. Bodoh kau di tanah kelahiran sendiri. Lebih baik renggut ginjalmu satu di perut. Jual ke apotek. Uangnya pakai untuk onani di warnet sambil main Facebook sampai mabuk.

Kita beruntung sayang. Tuhan mencintai orang-orang gila. Ia tidak akan murka hanya karena kita lalai berdoa dan mencuci sperma di celana. Entah racun apa yang membuat kita berjarak dengan langit. Tidak guna membasuh wajah penuh debu. Di pasar hanya terdapat air comberan. Pergilah ke apotek. Tukarkan hatimu dengan resep penangkal kebodohan. Permaklah wajahmu supaya setampan Afgan. Jadilah gigolo.

Cianjur 2011

Doakan kami, kami sedang berupaya menerbitkan buku Khoer Jurzani untuk mengupayakan sebuah kamar kontrakan dan sebuah komputer. Doakan kami!

Salam,
Komunitas Sastra Cianjur 
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

6 comments:

  1. Terima kasih, Khoer...
    Terima kasih KAFAST...
    Terima Kasih internet...
    Saya terinspirasi oleh kalian.

    Terus Berkarya!

    ReplyDelete
  2. saat itu juga muncul rasa semangat ketika membaca posting ini. *keep writing and never give up*

    ReplyDelete
  3. Itulah beberapa potret kondisi anak indonesia dari jaman dahulu sampai sekarang,
    Dah saya follow blog'a,gantian ya follow back blog saya

    ReplyDelete
  4. salut banget,
    ya Allah, pandaikan kami bersyukur bagaimanapun keadaan kami.. amiin..

    ReplyDelete
  5. subhanallah.. ceritanya jadi motivasi :)
    di balik keluh kesah, ada orang yang tak pernah menyerah..

    ReplyDelete

Pengen permen? Ngomen dulu, mamen!